Namun dilapangan, banyak sekali peninggalan sejarah Kerajaan Brunei dan Sambas, yang tidak tersentuh sama sekali, dan belum di publikasikan atau mungkin belum berani di ekspose karena terjadi kesimpangsiuran yang disebabkan oleh minimnya bukti otentik, baik berupa catatan tertulis atau sejenisnya, maupun bukti penggalian benda-benda sejarah itu sendiri.
Peta Lokasi
Yang ingin diangkat disini adalah tentang cerita daerah Kesultanan Sambas, tepatnya ditempat pertama kali didirikan, yaitu yang bernama Lubuk Madung.Dari beberapa literatur, Lubuk Madung tidak memiliki maksud yg dalam, dan boleh dikatakan hanya sekedar penghias tulisan sebagai bagian dari sejarah Sambas.Namun, disebalik itu, banyak para sejarawan yang melewatkan arti kata-kata tersebut.Dan bahkan mungkin tidak banyak yang mengetahuinya sendiri, dimana letak tepatnya daerah tersebut yg menjadi sumber masuknya ajaran Islam di wilayah Sambas.
Semerante'
Pintu masuk Makam
Makam Tua Kerabat Kerajaan Brunei
Makam Kerabat Kerajaan Brunei
Dengan sigap rombongan membersihkan seadanya, mengingat kami tidak membawa alat tebas rumput, sekedar mencabut rumput itulah upaya maksimal kami, sangat menyedihkan kondisinya menurutku.Selesai bersih-bersih makam, rombongan kembali melanjutkan perjalanan menuju kompleks makam berikutnya yg masih menjadi misteri tersebut.
Perjalanan menggunakan motor tempel ukuran sedang, menyusur ke arah hilir sungai Teberrau, tidak jauh dari kompleks makam tadi, sekitar 500 meter, kini rombongan beserta penulis memasuki kompleks yg sama sekali tidak diketahui ini.
Begitu sandar, penulis langsung menuju ke lokasi makam, namun sedikit bingung dan kecewa, penulis tidak berhasil menemukan kompleks makam, anggap saja makam kerabat bangsawan, yg sewaktu penulis masih kecil, masih ingat dengan jelas bentuk dan ukurannya, namun sekarang sudah hilang atau apalah.Disebabkan lokasinya sekarang menjadi semak belukar, terutama jenis tanaman bambu yg sangat banyak sekali, diperkirakan banyak makam yg rusak oleh tanaman tersebut.
Dengan upaya yg maksimal, akhirnya penulis berhasil menemukan sebuah tiang kayu ulin, sedikit cerah sekarang, berarti kompleksnya sudah dekat, tinggal membersihkan semak yg ada dan akhirnya kami berhasil menemukannya kembali, dan membersihkan seadanya untuk dokumentasi.Untuk kubur yg lainnya, sebagian ada yg masih utuh, sebagian mulai rusak, dan sebagiannya bergeser atau brubah yg disebabkan oleh tanaman bambu yg akarnya merusak kontur tanah areal makam.
Selesai bersih-bersih dan dokumentasi, penulis kembali berpikir, makam yg tidak diketahui ini, apakah ada kaitannya dengan makam Brunei tadi, atau kah merupakan makam kerabat kesultanan Sambas, ataupun mungkin makam rakyat biasa yg memiliki status di masyarakat pada zamannya dulu.
Mesin motor dinyalakan, dan rombongan kembali meyusuri sungai Teberrau menuju kota Sambas untuk pulang, diperjalanan kembali penulis berpikir, apa hubungannya makam itu dengan makam kerabat Kerajaan Brunei, dari segi bentuk kuburan dan denah, keduanya memiliki kesamaan dari segi material dan susunan komplek makam, yg berbeda cuma di makam tadi terdapat pembatas kompleks yg berupa tiang-tiang dan pembatas yg terbuat dari kayu ulin, yg menurut penulis dahulunya merupakan sebuah cungkup yg berfungsi utk melindungi makam tersebut, sedangkan di kompleks makam kerabat Brunei tidak ada.
Kembali penulis berpikir, banyak kesangsian yg terjadi disini, terutama mengenai keabsahan makam kerabat Brunei diatas, apakah benar itu makam kerabat mereka, jika benar, kenapa tidak ada sumber-sumber tertulis di lokasi makam tersebut.Mungkin saja ada, dan luput dari pengetahuan penulis sendiri, ataupun sudah terdata, dan datanya ada di Kerajaan Brunei sendiri dan Kerajaan Sambas, namun tidak pernah dipublikasikan sama sekali, Wallahualam.
Berikut hasil rangkuman kesimpulan dari kedua lokasi bersejarah tersebut:
1. Keberadaan kedua lokasi yg notabene tidak berjauhan memiliki ikatan dalam arti yg luas, baik itu berupa hubungan kekerabatan, derajat, status, maupun tempat tinggal ataupun daerah pendudukan zaman dahulu.
2. Dari kedua lokasi tersebut, yg berada di sepanjang daerah Semerante', kira-kira 1km dari Lubuk Madung, tempat Kesultanan Sambas pertama didirikan, merupakan daerah yg masih steril dari upaya penggalian peninggalan sejarah.
3. Lokasi pendudukan dan kerajaan, diperkirakan berada diwilayah selatan dari lokasi kedua makam tersebut, dengan jarak perkiraan antara 500 hingga 2 km, yg sekarang menjadi areal perkebunan rakyat.
4. Dari pemerhatian penulis dari berbagai kuburan yg berada dikedua lokasi tersebut, tidak semua ukuran kuburan adalah kuburan orang dewasa, malah sebagian besar berukuran untuk anak-anak maupun remaja, yg dari sini dapat ditarik kesimpulan kalau dari kedua kompleks tersebut bukanlah sebuah kompleks pemakaman korban perang, namun kompleks makam yg masih mempunyai hubungan kekerabatan, dibuktikan dengan adanya kubur utama/ Bangsawan sebagai trademarknya.
5. Dari keanekaragaman kuburan tersebut diatas, dapat ditarik opini, yaitu penyebab berpindahnya kerajaan Kesultanan Sambas dari Lubuk Madung ke Muare Ulakan, yaitu mengenai wabah penyakit yg menyerang pada zaman dahulu, yg diperkirakan terjadi pada tahun 1700M, dan kebanyakan menyerang anak-anak serta remaja, sehingga Baginda Sultan mengambil kebijakan untuk memindahkan pusat pemerintahan dari tempat yg beresiko penularan wabah penyakit, dengan harapan dapat mengurangi korban kematian.
Hal ini dapat dimaklumi mengingat pada zaman itu dunia medis tidaklah sebaik sekarang, dan perkembangan kepercayaan masyarakat akan hal-hal ghaib ataupun superstition yg cukup kental, dan hubungan sejarah Kesultanan Sambas dan Kerajaan Sambas tua yg notabene beragama Hindu, yg tidak dapat dipungkiri lagi, pasti memanfaatkan jasa perdukunan/ Paranormal untuk proses penyembuhan, baik medis maupun non medis.
Terlepas dari benar atau tidaknya, yg paling penting bagi penulis bukanlah masalah perdebatan benar atau salah, iya atau tidak, pro ataupun kontra, tetapi bagaimana upaya kita menggali sejarah kita dan menulisnya sendiri, tanpa terikat dengan sumber-sumber tertulis yg ada dan hanya sekedar mengcopy sumber tersebut tanpa mempertanyakan keabsahannya.
Disini, ditanah ini, tempat penulis berpijak sekarang, masih banyak sekali peninggalan sejarah yg menunggu untuk di eksplorasi, hingga dapat ditulis ulang tentang sejarah Sambas yang sebenar-benarnya, penulis yakin, banyak pemuda-pemuda Sambas yg pintar dan berbakat, dan mampu untuk mengangkat sejarah yg terkubur selama ini, dan kepada pemuda-pemudi Sambas, khususnya yg membaca tulisan ini, mari kita angkat Sejarah dan Budaya kita sehingga kita layak untuk berdiri sejajar dengan daerah Kerajaan lainnya di Nusantara maupun Asia secara umumnya.
0 komentar:
Posting Komentar